Senin, 20 Maret 2017

REVIEW JURNAL

 Judul                     : Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Earnings Response Coefficient
Jurnal                    : Jurnal Akuntansi Bisnis
Volume                : Vol. XIII No. 25
Tahun                   : 2014
Penulis                 : Anggreni Dian Kurniawati

Tujuan Penelitian :
Tujuan dari penelitian ini adalah menguji secara empiris apakah persistensi laba, leverage, ukuran perusahaan, dan kualitas akrual merupakan karakteristik perusahaan yang mempengaruhi ERC (Earning Response Coefficient) perusahaan Eropa dan Asia yang terdaftar di NYSE (New York Stock Exchange) dan menganalisis apakah faktor-faktor yang mempengaruhi ERC pada perusahaan Eropa berbeda dengan perusahaan Asia yang terdaftar di NYSE.

Landasan Teori :
Kualitas laba dapat didefinisikan sebagai korelasi antara laba akuntansi dan laba ekonomi (Schroeder et al., 2001). Laba akuntansi yang berkualitas adalah laba akuntansi yang mempunyai sedikit gangguan persepsian (perceived noise) di dalamnya dan dapat mencerminkan kinerja keuangan perusahaan yang sesungguhnya (Candrarin, 2001). Laba yang persisten menyebabkan ERC bervariasi antar perusahaan (cross sectional) dan ERC laba yang permanen lebih tinggi dibandingkan laba transitori (Collins dan Kothari, 1989). ERC sendiri dapat didefinisikan sebagai koefisien pada pengukuran laba akuntansi ekspektasian dalam regresi pasar saham abnormal (Scott, 2003), maka dapat disimpulkan bahwa ERC merupakan ukuran besarnya kekuatan hubungan laba akuntansi dengan harga saham. Setidaknya terdapat empat hipotesis yang menjelaskan besaran ERC yaitu: harga yang menuntun laba (price lead earnings), pasar modal yang tidak efisien, gangguan (noise) pada laba dan kurang baiknya prinsip akuntansi yang berlaku umum, dan laba transitori (Kothari, 2001). Oleh karena itu, erat kaitannya antara ERC dan kualitas laba karena adanya kedekatan hubungan ERC dengan laba itu sendiri. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ERC yaitu persistensi laba, leverage, ukuran perusahaan, dan kualitas akrual.
Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan Eropa dan Asia yang cross-listed atau terdaftar di pasar modal Amerika Serikat dan berasal dari negara yang berbeda karakteristik perusahaan maupun negaranya. Hal ini dilakukan karena peneliti ingin menganalisis dan membandingkan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi ERC dan kualitas laba secara umum kedua negara dengan karakteristik negara dan perusahaan yang berbeda tersebut.

Hipotesis :

·         H1 : Persistensi laba berpengaruh positif terhadap earnings response coefficient (ERC)baik di perusahaan Asia maupun perusahaan Eropa yang terdaftar di NYSE.
·         H2 : Leverage berpengaruh negatif terhadap earnings response coefficient (ERC) baik di perusahaan Asia maupun perusahaan Eropa yang terdaftar di NYSE.
·         H3 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap earnings response coefficient (ERC) baik di perusahaan Asia maupun perusahaan Eropa yang terdaftar di NYSE.
·         H4 : Kualitas akrual berpengaruh positif terhadap earnings response coefficient (ERC) baik di perusahaan Asia maupun perusahaan Eropa yang terdaftar di NYSE.

Metode Penelitian :
Sampel penelitian ini adalah perusahaan Asia dan Eropa yang terdaftar di New York Stock Exchange (NYSE) periode 2008-2011. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diunduh melalui situs resmi New York Stock Exchange (NYSE) yaitu www.nyse.com dan situs resmi NASDAQ yaitu www.nasdaq.com.

                PENGUKURAN VARIABEL:
·         Variabel Dependen : Variabel dependen dari penelian ini adalah Earnings Response Coefficient (ERC). ERC merupakan koefisien yang diperoleh dari regresi antara proksi dari harga saham dan laba akuntansi. Model regresi untuk menghitung ERC adalah sebagai berikut:
cats.jpg
·         Variabel Independen : Variabel independen dari penelitian ini adalah persistensi laba, leverage, ukuran perusahaan, dan kualitas akrual.Persistensi laba akan diukur dari slope regresi atas perbedaan laba sebelum pajak saat ini dengan laba sebelum pajak sebelumnya (Lipe, 1990; Candrarin, 2003). Penghitungannya adalah sebagai berikut:
cats1.jpg
·         Statistik Deskriptif : Sebelum pengujian hipotesis dilakukan, terlebih dahulu dilakukan uji statistic deskriptif. Uji Statistik deskriptif ini dilakukan untuk mendeskriptifkan data penelitian dalam bentuk tabulasi karakteristik masing-masing variabel penelitian yang meliputi rata-rata (mean) dan deviasi standar.
·         Model Empiris : Model empiris yang digunakan untuk mengetahui pengaruh persistensi laba, leverage, ukuran perusahaan, dan kualitas akrual terhadap earning response coefficient.
 cats2.jpg

Alat Uji Hipotesis :
·         Uji Normalitas : Digunakan untuk mendeteksi apakah setiap residual (ui) berdistribusi normal
·         Uji Multikolinearitas : Digunakan untuk melihat ada atau tidaknya hubungan linear (korelasi) yang signifikan antara beberapa atau semua variabel bebas yang ada di dalam model regresi. Jika terdapat korelasi maka terdapat masalah multikolinearitas (Gujarati, 2009).
·         Uji Heteroskedastisitas : Untuk membuktikan apakah dalam sebuah model regresi terdapat ketidaksamaan varian dari residual, dari satu observasi ke observasi yang lain.
·         Uji Autokorelasi : bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear terdapat korelasi antar residual pada perioda t dengan kesalahan pada periode sebelumnya, yaitu t-1.

Hasil Penelitian :
Hasil pengujian menunjukkan bahwa dengan tingkat keyakinan 95% didapatkan hasil bahwa hasil signifikansi yang diperoleh dari uji regresi linier berganda antara earnings response coefficient (ERC) yang merupakan proksi kualitas laba dan persistensi laba (PEL) untuk perusahaan Asia sebesar 0.000 lebih kecil dari tingkat signifikansi alpha 0.05 dengan koefisien regresi sebesar 0.016 dan untuk sampel perusahaan Eropa yaitu sebesar 0.008 lebih kecil dari tingkat signifikansi alpha 0.05 dengan koefisien regresi sebesar 0.014. Berdasarkan hasil statistik tersebut dapat disimpulkan bahwa persistensi laba berpengaruh positif terhadap kualitas laba baik di perusahaan Asia maupun di perusahaan Eropa yang terdaftar di NYSE yang berarti Hipotesis pertama (H1) terdukung.
                Hipotesis kedua dengan tingkat keyakinan 95% didapatkan hasil bahwa hasil signifikansi yang diperoleh dari uji regresi linier berganda antara earnings response coefficient (ERC) yang merupakan proksi kualitas laba dan leverage (LEV) untuk sampel perusahaan Asia sebesar 0.000 lebih kecil dari tingkat signifikansi alpha 0.05dengan koefisien regresi sebesar 0.049 dan untuk sampel perusahaan Eropa yaitu sebesar 0.048 lebih kecil dari tingkat signifikansi alpha 0.05 dengan koefisien regresi sebesar 0.041. Berdasar hasil statistik tersebut maka dapat disimpulkan bahwa leverage berpengaruh positif terhadap kualitas laba baik di perusahaan Asia maupun di perusahaan Eropa yang terdaftar di NYSE yang berarti Hipotesis kedua (H2) tidak terdukung.
Hasil pengujian Hipotesis ketiga ditunjukkan bahwa dengan tingkat keyakinan sebesar 95% didapatkan bahwa hasil signifikansi yang diperoleh dari uji regresi linier berganda antara earnings response coefficient (ERC) yang merupakan proksi kualitas laba dan ukuran perusahaan (SIZE) untuk sampel perusahaan Asia adalah sebesar 0.014 lebih kecil dari tingkat signifikansi alpha 0.05 dengan koefisien regresi sebesar 0.006 dan untuk sampel perusahaan Eropa yaitu sebesar 0.001 lebih kecil dari tingkat signifikansi alpha 0.05 dengan koefisien regresi sebesar -0.013. Berdasarkan hasil statistik tersebut dapat disimpulkan ukuran perusahaan di Asia berpengaruh positif terhadap ERC baik untuk perusahaan Asia namun lain halnya dengan perusahaan Eropa yang terdaftar di NYSE. Ukuran perusahaan di Eropa berpengaruh negatif terhadap kualitas laba, yang berarti Hipotesis ketiga (H3) tidak terdukung.
Hipotesis keempat menunjukkan bahwa dengan signifikansi alpha 5% didapatkan hasil bahwa hasil signifikansi yang diperoleh dari uji regresi linier berganda antara earnings response coefficient (ERC) yang merupakan proksi kualitas laba dan kualitas akrual (AA) untuk sampel perusahaan Asia sebesar 0.000 lebih kecil dari tingkat signifikansi alpha 0.05 dengan koefisien regresi sebesar 0.207 dan untuk sampel perusahaan Eropa yaitu sebesar 0.044 lebih kecil dari tingkat signifikansi alpha 0.05 dengan koefisien regresi sebesar 0.128. Berdasarkan hasil statistik tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas akrual berpengaruh positif terhadap ERC baik untuk perusahaan Asia dan perusahaan Eropa yang terdaftar di NYSE yang berarti Hipotesis keempat (H4) terdukung.
Kesimpulan :
Secara umum dapat ditarik simpulan bahwa persistensi laba, leverage, ukuran perusahaan, dan kualitas akrual berpengaruh positif terhadap ERC di perusahaan Asia yang terdaftar di NYSE, namun tidak demikian dengan perusahaan Eropa yang terdaftar di NYSE. Persistensi laba, leverage, dan kualitas akrual berpengaruh positif terhadap ERC di perusahaan Eropa yang terdaftar di NYSE namun ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap ERC di perusahaan Eropa yang terdaftar di NYSE. Analisis tambahan juga menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi ERC perusahaan Asia yang terdaftar di NYSE berbeda dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas laba perusahaan Eropa yang terdaftar di NYSE dan perbedaan tersebut disebabkan oleh kualitas perusahaan yang berbeda di antara kedua negara tersebut.

Kelebihan Penelitian :
Kelebihan dari penelitian ini adalah penulis menjelaskan metode secara rinci dan berurutan sehingga cukup mudah dimengerti, selain itu penulis juga memiliki banyak referensi sehingga data yang terkumpul lebih lengkap dan dapat mendukung penelitian tersebut.

Kelemahan Penelitian :

Penelitian ini menurut kami tidak memiliki kekurangan yang berarti.

Judul          : Kajian Tentang Konvergensi Internasional Financial Reporting Standard (IFRS) Di  Indonesia
Jurnal            : Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial
Volume          : Vol. 24, No. 1
Tahun             : 2014
Penulis           : Suyatmini dan Aisya Sheilla FN

Tujuan Penelitian :
tujuan kajian ini antara lain untuk mengetahui manfaat konvergensi IFRS di Indonesia, dampak yang ditimbulkan, beserta kendala yang dihadapi dan cara mengatasinya.
Landasan Teori :
IFRS (International Financial Reporting standard) adalah pedoman penyusunan laporan keuangan yang dapat diterima secara global. IFRS yang ada saat ini mengalami sejarah yang cukup panjang dalam proses terbentuknya. Mulai dari terbentuknya IASC / IAFB, IASB, hingga menjadi IFRS seperti yang ada saat ini. Jika IFRS telah digunakan oleh suatu Negara, berarti Negara tersebut telah mengadopsisi sistem pelaporan keuangan yang dapat diterima dan diakui secara global di seluruh dunia sehingga memungkinkan pasar dunia mengerti tentang laporan keuangan perusahaan dimana Negara tersebut berasal. Pengadopsian IFRS juga berlaku di Indonesia. Dengan mengadopsi IFRS, perusahaan-perusahaan di Indonesia di-harapkan dapat meningkatkan daya informasi dari laporan keuangan. Selain itu, konvergensi IFRS adalah salah satukesepakatan pemerintah Indonesia sebagai anggota G20 forum.
IFRS memiliki karakteristik, diantaranya: (1) IFRS menggunakan “Prin-ciples Base“ sehingga lebih menekankan pada intepretasi dan aplikasi atas standar sehingga harus berfokus pada spirit penerapan prinsip ersebut. (2).Standar membutuhkan penilaian atas substansi transaksi dan evaluasi apakah presentasi akuntansi mencerminkan realitas ekonomi. (3) Membutuhkan proffesional judgment pada penerapan standar akuntansi. (4) Menggunakan fair value dalam penilaian. (5) Mengharuskan pengungkapan (disclo-sure) yang lebih banyak.
Metode penelitian :
Pendekatan yang digunakan adalah menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Pendekatan kualitatif menurut Moleong (2005:6) adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian. Deskriptif artinya penelitian ini menggambarkan keadaan objek penelitian atau masalah yang ada dalam penelitian. Dimana tujuan pendekatan kualitatif ini adalah untuk membuat gambaran, deskriptif atau lukisan secara sistematis, aktual dan akurat mengenai fakta-fakta yang ada, sifat-sifat dan karakter serta hubungan antar fenomena yang sedang diteliti kemudian diinterpretasikan untuk mendapatkan informasi yang diperlukan.

Jenis dan Sumber Data :
Dalam pembahasan ini diperlukan data yang dapat mendukung pemecahan permasalahan yang ada. Jenis data yang digunakan adalah data kualitatif. Sedangkan sumber data yang digunakan diperoleh dari studi kepustakaan dengan menggunakan literatur yang berkaitan dengan topik permasalahan yang dibahas serta dokumen-dokumen tertulis lainnya yang relevan.
Prosedur Pengumpulan Data :
Pengumpulan data merupakan suatu proses pengadaan data untuk keperluan penelitian. Data yang dikumpulkan digunakan untuk memecahkan persoalan yang telah dirumuskan. Data dikumpulkan dari literatur-literatur yang berkaitan agar dapat dijadikan landasan teori untuk membantu pemecahan masalah.
Hasil Dan Pembahasan :
Perkembangan Standar Akuntansi di Indonesia
Pada periode 1973-1984, Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) telah membentuk Komite Prinsip-prinsip Akuntansi Indonesia untuk menetapkan standar-standar akuntansi, yang kemudian dikenal dengan Prinsip-prinsipAkuntansi Indonesia (PAI).
Pada periode 1984-1994, komite PAI melakukan revisi secara mendasar PAI 1973 dan kemudian menerbitkan Prinsip Akuntansi Indonesia 1984 (PAI 1984).Menjelang akhir 1994, Komite standar akuntansi memulai suatu revisi besar atas prinsip-prinsip akuntansi. Indonesia dengan mengumumkan per-nyataan-pernyataan standar akuntansi tambahan dan menerbitkan interpretasiatas standar tersebut. Revisi tersebut menghasilkan 35 pernyataan standar akuntansi keuangan, yang sebagian besar harmonis dengan IAS yang dikeluarkan oleh IASB.
Pada periode 1994-2004, ada perubahan Kiblat dari US GAAP ke IFRS, hal ini ditunjukkan sejak tahun 1994, telah menjadi kebijakan dari Komite Standar Akuntansi Keuangan untuk menggunakan International Accounting Standards sebagai dasar untuk membangun standar akuntansi keuangan Indonesia. Dan pada tahun 1995, IAI melakukan revisi besar untuk menerapkan standar-stand arakuntansi baru, yang kebanyakan konsisten dengan IAS. Beberapa standar diadopsi dari US GAAP dan lainnya dibuat sendiri.
Padaperiode 2006-2008, merupakan konvergensi IFRS Tahap 1, Sejak tahun 1995 sampai tahun 2010, buku Standar Akuntansi Keuangan (SAK) terus direvisi secara berkesinambungan, baik berupa penyempurnaan maupun penambahan standar baru. Proses revisi dilakukan sebanyak enam kali yakni pada tanggal 1 Oktober 1995, 1 Juni 1999, 1 April 2002, 1 Oktober 2004, 1 Juni 2006, 1 September 2007, dan versi 1 Juli 2009. Pada tahun 2006 dalam kongres IAI X di Jakarta ditetapkan bahwa konvergensi penuh IFRS akan diselesaikan pada tahun 2008. Target ketika itu adalah taat penuh dengan semua standar IFRS pada tahun 2008. Namun dalam perjalanannya ternyata tidak mudah. Sampai akhir tahun 2008 jumlah IFRS yang diadopsi baru mencapai 10 standar IFRS dari total 33 standar.
Pada periode 2010 - Desember 2011, dari 37 IAS/IFRS yang diterbitkan International Accounting Standarts Board (IASB) sejak 2009, 35 IAS/IFRS telah diadopsi Dewan Standar Akuntansi Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK IAI). Dua IFRS yang belum diadopsi adalah IFRS 1 First Time Adoption of IFRSdan IAS 41: Agriculture yang dianggap belum cocok dengan aspek lokal di Indonesia. (Zamzani, 2011).
Kesimpulan :
Konvergensi IFRS merupakan suatu kesepakatan Indonesia dengan Negara anggota G20. Dimana tujuannya adalah untuk mencapai Good Corporate Governance dimana terdiri dari transparansi, akuntabilitas, dan globalisasi bahasa pelaporan keuangan. Dari kajian yang telah disampaikan di atas dapat disimpulkan bahwa:
1. Manfaat dari konvergensi IFRS, antara lain: memudahkan pemahaman atas laporan keuangan dengan penggunaan Standar Akuntansi Keuangan yang dikenal secara internasional (enhance comparability), meningkatkan arus investasi global melalui trans-paransi, menurunkan biaya modal dengan membuka peluang fund raising melalui pasar modal secara global, menciptakan efisiensi penyusunan laporan keuangan, dan meningkatkan kualitas laporan keuangan.
2. Dampak yang ditimbulkan dari konvergensi IFRS, antara lain: perubahan mind stream dari rule-based ke principle-based, akses ke pendanaan internasional akan lebih terbuka karena laporan keuangan akan lebih mudah dikomunikasi-kan ke investor global, relevansi laporan keuangan akan meningkat karena lebih banyak menggunakan nilai wajar, dll.
3. Kendala yang dihadapi selama konvergensi IFRS, antara lain: Dewan Standar Akuntansi yang kekurangan sumber daya, biaya yang cukup tinggi untuk mengadopsi IFRS, dll. Kendala-kendala tersebut dapat diatasi dengan mempersiapkan SDM yang memiliki IFRS capability dan mengembangkan sistem yang telah terintegrasi dengan baik.
Kelebihan Penelitian :
Kelebihan dari penelitian ini adalah penulis membuat jurnal dengan lengkap, padat, dan jelas. Kemudian penulis juga mencantumkan dampak konvergensi dari berbagai sudut pandang.
Kelemahan Penelitian :

Kelemahan penelitian ini menurut saya adalah penulis hanya mencantumkan satu referensi penulis buku, yaitu zamzani dalam jurnal ini, sedangkan dalam daftar pustaka ada banyak referensi penulis buku. 



Judul                              : Perkembangan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia
Jurnal                             : Ilmiah Mahasiswa Akuntansi
Volume & Halaman       : Vol. 1, No. 4
Tahun                             : 2012
Penulis                           : Ferry Danu Prasetya

Tujuan Penelitian           : Mengetahui sejarah perkembangan SAK di Indonesia, sejak penjajahan Belanda sampai dengan sekarang ini.

Subjek Penelitian           : Sejarah Standar Akuntansi Keuangan
Metode Penelitian        : Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Sejarah. Metode sejarah adalah tahapan-tahapan yang dilakukan untuk merekontruksi kejadian-kejadian di masa lampau.

Hasil Penelitian            : Standar akuntansi tidak dapat lepas dari pengaruh lingkungan dan kondisi hukum, sosial dan ekonomi suatu negara. Dan adanya era globalisasi dan semakin aktifnya pasar modal di Indonesia menyebabkan Prinsip Akuntansi Indonesia yang berlaku umum tidak dapat lagi menampung dan menjawab permasalahan yang timbul dalam praktik.Ikatan Akuntan Indonesia memutuskan untuk mengadopsi penuh International Accounting Standards sebagai dasar acuan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku di Indonesia. Globalisasi yang tampak antara lain dari kegiatan perdagangan antar negara dan munculnya perusahaan–perusahaan multinasional. Salah satu usaha harmonisasi standar akuntansi, yaitu dengan membuat perbedaaan–perbedaan antar standar akuntansi di berbagai negara menjadi semakin kecil, sehingga standar akuntansi antar negara tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Standar Akuntansi Keuangan yang lengkap dan komprehensif merupakan dambaan semua pihak yang berkepentingan dengan laporan keuangan. Oleh karena itu, standar akuntansi keuangan ini dari waktu ke waktu akan terus dilengkapi dan disempurnakan sesuai dengan tuntutan dan perkembangan praktik bisnis dan profesi akntansi.